
Assalamua’alaikum sob,, apa kabar nii ?? tentu
baik dong, Ok saya disini mau share dikit tentang sejarah animasi. Mungkin di
web/blog lain sudah banyak yang posting tentang bagaimana awal ditemukannya
animasi sampai perkembangannya sekarang ini. Banyak versi tentang sejarah
animasi sih, malah jadi bingung deh.., tapi gak masalah, semakin banyak
referensi, semakin bagus to!! OK sob, mari kita simak ulasan berikut.
Comic Strip yang sering kita lihat sehari-hari
sebenarnya sudah menjadi tampilan pada dekorasi tembok di Mesir sekitar 2000
tahun sebelum masehi, menceritakan banyak hal yang terjadi di Mesir waktu itu
dari mulai tata cara kehidupan keseharian, pemerintahan sampai adu gulat antar
prajurit. Leonardo Da Vinci juga menampilkan gerakan tangan yang berputar pada
karya besarnya yaitu Vitruvian Man. Illustrasi malaikat-malaikat pada mural
gereja karya Giotto juga memperlihatkan repetisi gerakan yang kontinyu. Di
Jepang orang menggunakan gulungan gambar untuk menceritakan cerita panjang sama
seperti layaknya Wayang Beber di Jawa. Pada tembok Candi Borobudur juga
terdapat urutan cerita tentang perjalan tiga babak Sidharta Gautama.
Namun seiring dengan perjalanan waktu manusia
mencoba tidak hanya menangkap gambar tapi juga berupaya membuat karya
artistiknya menjadi hidup dan bergerak. Sejak mula gambar babi hutan di dinding
gua Altamira-Spanyol Utara hingga perjalanan kematian para Firaun adalah sebuah
kronologi panjang yang dicoba untuk dikumpulkan sebagai bahan awal mula dari
animasi.
Animasi, sebenarnya tidak akan terwujud tanpa
didasari pemahaman mengenai prinsip fundamental kerja mata manusia atau dikenal
dengan nama The Persistance of Vision. Seperti ditunjukan pada
karya seorang Prancis Paul Roget (1828), penemu Thaumatrope.
Sebuah alat berbentuk kepingan yang dikaitkan dengan tali pegas diantara kedua
sisinya. Kepingan itu memiliki dua gambar pada sisinya. Satu sisi bergambar
burung, satu sisi lainnya bergambar sangkar burung. Ketika kepingan berputar
maka burung seolah masuk kedalam sangkarnya. Proses ini ditangkap oleh mata
manusia dalam satu waktu, sehingga mengekspose gambar tersebut menjadi gerak.
Dua penemuan berikutnya semakin menolong mata
manusia. Phenakistoscope, ditemukan oleh Joseph Plateu
(1826), merupakan kepingan kartu berbentuk lingkaran dengan
sekelilinganya di penuhi lubang-lubang dan gambar berbentuk obyek tertentu.
Mata akan melihat gambar tersebut melalui cermin dan pegas membuatnya berputar
sehingga satu serial gambar terlihat secara progresif menjadi gambar yang bergerak
kontinyu. Teknik yang sama di tampilkan pada alat bernama Zeotrope,
ditemukan oleh Pierre Desvignes (1860), berupa selembar kertas
bergambar yang dimasukan pada sebuah tabung.
Pengembangan kamera gerak dan projector oleh Thomas
Alfa Edison serta para penemu lainnya semakin memperjelas praktika
dalam membuat animasi. Animasi akhirnya menjadi suatu hal yang lumrah walaupun
masih menjadi “barang” mahal pada waktu itu. Bahkan Stuart Blackton,
diberitakan telah membuat membuat film animasi pendek tahun 1906
dengan judul “Humourous Phases of Funny Faces”, dimana
prosesnya dilakukan dengan cara menggambar kartun diatas papan tulis, lalu
difoto, dihapus untuk diganti modus geraknya dan di foto lagi secara
berulang-ulang. Inilah film animasi pertama yang menggunakan “stop-motion” yang
dihadirkan di dunia.
Pada awal abad ke dua puluh, popularitas kartun
animasi mulai menurun sementara film layar lebar semakin merajai sebagai
alternatif media entertainment. Publik mulai bosan dengan pola yang tak pernah
berganti pada animasi tanpa didalamnya terdapat story line dan pengembangan
karakter. Apa yang terjadi pada saat itu merupakan kondisi dimana mulai
terentang jarak antara film layar lebar dan animasi, kecuali beberapa karya
misalnya Winsor McCay yang berjudul Gertie the
Dinosaur, 1914. McCay telah memulai sebuah cerita yang mengalir dalam
animasinya ditambah dengan beberapa efek yang mulai membuat daya tarik
tersendiri. Hal ini juga mulai terlihat pada karya Otto Messmer, Felix
the Cat.
“Plots? We never bothered with plots. They were just a series of gags strung
together. And not very funny, I’m afraid.” – Dick Huemer, 1957
Pada era ini, cerita animasi masih banyak
terpengaruh pola cerita klasik, mungkin masih terasa hingga saat ini. Tipikal
ceritanya selalu dengan tokoh yang menjadi hero dan musuhnya. Industri animasi
mulai kembali menanjak di Amerika manakala komersialiasi mulai merambah dunia
tersebut. Cerita and strory line pun mulai beragam disesuaikan dengan demand
publik. Industri-industri film raksasa mulai membuat standardisasi animasi yang
laku di pasaran. Biaya produksi pun dapat ditekan dan tidak setinggi dulu.
Akhirnya kartun mulai memasuki era manufaktur dipertengahan abad ke dua puluh.
ANIMASI INDONESIA
Dalam hal animasi Indonesia juga
sangat berkembang, dari jaman pewayangan hingga jaman 3D sekarang ini.
Sejarah Animasi Indonesia mulai diketahui sejak ditemukannya Cave Pinting
yang bercerita mengenai binatang buruan atau hal-hal yang berbau mistis.
Wayang yang merupakan cikal bakal lahirnya animasi Indonesia.
Kemana Para
Animator Kita Berlabuh
Animator
kita mengasong karyanya ke luar negeri. Karena, pasar televisi lokal tak
mampu membeli produk mereka. Tak kuat harganya, tak kuat nunggunya. Stasiun
televisi nasional bukannya tidak butuh program animasi. Buktinya, Dora The
Explorer, Spongebob Squarepants, Doraemon, Mr. Bean Animation, Sinchan, Power
Ranger, dan sederet film animasi lain selalu menghiasi layar kaca kita
setiap hari. Beberapa film animasi bahkan menjadi primadona stasiun televisi
untuk mendongkrak rating. Pengelola televisi lebih memilih membeli hak tayang
film-film animasi luar milik perusahaan transnasional yang juga menjual
produknya ke berbagai negara itu, karena harganya murah.
Sekian
dulu ya sob, sampe ketemu di postingan berikutnya. Terimakasih dan semoga
bermanfaat :-)
|
No comments:
Post a Comment